Selasa, 10 Mei 2011

Kisah Anak Pemulung, Liburan di Terminal

Suatu pagi di terminal Lebak Bulus, sambil menunggu kedatangan Ibu dari Jogja , penulis belajar membuat Reportase sambil mengambil foto-foto suasana kesibukan pagi di terminal, tertangkaplah dikamera seorang anak kecil yang menenteng tas plastik Hitam besar berjalan bersama seorang wanita yang menenteng bungkusan plastik hitam besar.

Secara diam-diam saya ikuti untuk difoto, sebelumnya saya ingin membuat tema tentang Kegiatan pagi di terminal, setelah melihat hasil foto anak tadi ada niat untuk wawancara sambil belajar mencari berita. Kemudian anak itu saya dekati untuk diajak ngobrol, esperti wartawan mencari berita (latihan).

Saya tertarik dengan anak ini karena saya lihat tidak seperti anak jalanan yang lain yang berpenampilan dekil dan kumal, anak ini terlihat kulitnya bersih dan rambutnya dicukur rapi. anaknya enak diajak ngobrol .

Namanya Pardi anak seorang pemulung asal Banjarnegara, Jawa tengah yan tinggal di daerah ciputat. Dia menuturkan bahwa selama liburan sekolah dia dari Banjarnegara di Jemput Bapaknya, di bawa ke Jakarta untuk mengisi Liburan.

Di Banjarnegara , Pardi Hidup bersama Ibunya dan seorang adik perempuan klas 1 SD, Bapaknya tinggal di Ciputat bekerja sebagai pemulung dan petugas sampah di suatu kampung di Ciputata. untuk membiayai hidup keluraganya setiap 2 bulan sekali pulang untuk mengirim uang sambil melepas rindu dengan kelurganya, nama bapaknya SARKO.

Pak sarko ini mau menyenangkan anaknya tapi tidak punya uang untuk meyenangkan anak-anaknya, tapi dengan keterbatasanya di bawalah Pardi ke Jakarta.

Yang membuat saya terharu bahwa anak ini liburan ke Jakarta tidak berlibur ketempat Wisata seperti Ragunan , Monas , Taman Mini maupun Ancol, tapi berlibur sambil membantu Bapaknya mencari botol palstik untuk diserahkan kepada bapaknya. Setiap hari selama liburan ini berjalan dari ciputat ke Terminal lebak Bulus, saat sore baru pulang. dari hasil ini nantinya untuk Biaya sekolah dan membeli sepatu dan seragam

Dari raut wajahnya menunjukan kegembiraan dari seorang anak kampung yang menikmati suasana keramain Jakarta, dia berceritera senag sekali naik kereta dari Banjar negara ke Jakarta sambil menikmati pemandangan sawah dan Kota Jakarta, Di terminal Lebak Bulus Pardi ditemani seorang perempuan yang juga pemulung kemungkinan tetangganya juga, saya lihat pagi itu mereka sambil tersenyum dan berguarau mencari botol-botol plastik di sela-sela Bis yang baru datang, kegembiraan seorang anak kecil yang tidak menuntut kepada orang tuanya untuk meyenangkan hatinya , dia mencari kesenangan dan kebahagiaan sendiri secara sederhana.

Dengan kepolosannya dia berceritera bahwa baru saja naik kelas 5 dan mendapat ranking 2 di kelasnya, dengan senyumnya bahwa dia senang sekali liburan di Jakarta, walaupun liburannya sambil menikmati kesibukan Terminal. Inilah sesuatu yang terselib diantara kesibukan Jakarta ,kisah seorang anak kampung yang sederhana untuk mencari kegiatan liburan sambil membantu orang tua.

Berbahagialah orangtuanya mempunyai anak yang mengerti keadaan orang tuannya, tidak banyak menuntut kesenangan kepada ayah ibunya. Dari kisah ini kita melihat bahwa kegembiraan , kebhagiaan dapat kita peroleh secara sederhana.

Semoga Pardi dikemudian hari dapat menjadi anak yang berguna bagi keluarganya dan Dirinya, menatap kehidupan yang lebih baik.

POTRET KEMISKINAN DI INDONESIA

POTRET KEMISKINAN DI INDONESIA


DISUSUN OLEH :
FAJAR QUDSIY R. B
2KA03
16109560

TEORI ORGANISASI UMUM 2






UNIVERSITAS GUNADARMA



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...














Program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah saat ini kurang terencana baik. Akibatnya, banyak terjadi kebocoran Dana sampai 20 persen dengan jumlahnya tidak sedikit yang berpotensi korupsi Dan merugikan negara.
Kita berada di tengah-tengah luasnya pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Mungkin ada yang berpikir kemiskinan adalah nasib dan bukan urusan kita. Benarkah? Supaya tidak salah dalam bersikap, marilah kita pahami lebih dalam tentang hal ini. Kemiskinan dapat terjadi karena rendahnya produktivitas. Contoh, karena kurangnya ketrampilan dalam memilih bibit dan pupuk, maka hasil dari pertanian jagung tidak terlalu tinggi. Belum lagi petani seringkali kesulitan dalam melakukan pemasarannya.
Selain itu terdapat jarak antara kelompok yang kaya dan yang miskin. Kelompok yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Inilah yang menimbulkan ketegangan sosial. Potensi ketegangan ini semakin diperluas karena sebagian besar masyarakat Indonesia berasal dari budaya agraris yang tidak terampil berdagang dan berbisnis. Kondisi ini diperparah oleh ketimpangan terstruktur yang terjadi di berbagai bidang. Termasuk ketimpangan untuk memperoleh pendidikan, fasilitas kesehatan, bahkan untuk sekedar memperoleh air bersih yang kadang sulit sekali didapatkan di beberapa daerah miskin.
BOS merupakan salah satu dari sejumlah program penanggulangan kemiskinan yang masuk dalam kluster satu, yakni bantuan Dan perlindungan sosial. Dalam kluster satu ini masuk pula program bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan yang dikelola Departemen Sosial, beras untuk rakyat miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), bantuan sosial untuk pengungsi Dan korban bencana, bantuan penyandang cacat, Dan bantuan untuk kelompok lansia.


PENUTUP
Kemiskinan di negara kita ini jangan dipandang sebelah mata. kemiskinan telah menjadi penyakit yang sulit disembuhkan di negara indonesia. dengan melihat kesimpulan dibawah, mungkin kita bisa membantu menanggulangi kemiskinan di negara kita


KESIMPULAN
Jadi, bagaimana menanggulangi hal ini? Salah satunya adalah dengan meningkatkan produktivitas, seperti yang diusahakan oleh Ir. Zet Malelak dan istrinya Pdt. Adriana Tanggela di desa Uel di NTT. Saudara Malelak mengajarkan cara bercocok tanam jagung, termasuk caranya, pemupukannya, dan bibitnya. Sementara itu istrinya melengkapi para petani dengan motivasi iman. Kerjasama yang baik ini meningkatkan hasil jagung petani secara sangat substansial (lihat artikel “Memotivasi Jemaat Lewat Teladan” ). Selain itu kita dapat mengusahakan pendidikan wirausaha kecil dan menengah, termasuk memberikan pelayanan kredit. Hal ini akan membantu menciptakan pekerjaan, baik bagi pengusaha kecil dan menengah, maupun bagi yang lainnya. Selanjutnya dalam jangka menengah dan panjang, kita perlu mengupayakan pemerataan kesempatan dalam ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.